
Een Nuraeni menunjukan proses penjemuran kerupuk RO yang masih mengandalkan matahari
PURWAKARTA-Sejak puluhan tahun silam, masyarakat Kabupaten Purwakarta atau khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitaran wilayah Kecamatan Plered sudah tak asing dengan jenis kerupuk dengan sebutan RO. Nama RO begitu melekat hingga kini bahkan menjadi salah satu icon kuliner khas Plered selain sate marangginya yang sudah lebih dulu melegenda dan terkenal hingga ke luar daerah.
“RO itu adalah singkatan dari Raden Omay, yang merupakan pembuat awal kerupuk tersebut. Namun karena waktu itu tidak ada namanya, kemudian masyarakat menyebutnya RO atau maksudnya kerupuk Raden Omay, dan nama itu melekat dan dipakai hingga kini,” ujar Een Nuraeni (27) yang merupakan salah satu pembuat RO di Desa Sempur, Kecamatan Plered, Rabu (8/7/2020).
Raden Omay sendiri, lanjut Een, pertama kali membuat serta mengenalkan RO pada tahun 1982. Secara turun temurun, produksi RO terus berlanjut hingga kini disebuah kampung dengan sebutan Blok RO di Desa Sempur.
“Raden Omay itu kebetulan kakek saya, sepeninggal Raden Omay kemudian usaha pembuatan RO ini dilanjutkan bapa saya, bapa Sohibi (70), dan dari tahun 2011, saya yang merupakan generasi ke 3 dari Raden Omay yang melanjutkan pembuatan kerupuk RO di Sempur,” tuturnya.
Diketahui, bahan utama yang digunakan untuk pembuatan RO menggunakan tepung tapioka (Aci sampeu- sunda). Setelah dibuatkan adonan tepung tapioka dan sejumlah bumbu, kemudian adonan tersebut dicetak bulat dan tipis lalu dijempur dibawah terik sinar matahari.
“Setelah penjemuran sekitar 1- 2 hari, tergantung cuaca ya, kemudian di sangrai (Digoreng tanpa menggunakan minyak- red) kemudian RO siap dikemas dan di jual” terangnya.
Selain dipasarkan di warung- warung, lanjut Een, kini RO sudah di pasarkan di sejumlah toko oleh- oleh makanan khas yang berada disejumlah tempat di kota Purwakarta luar kota.
Aroma kencur dan bawang putih pada RO, menjadi rasa khas yang sulit ditemukan pada makanan ringan sejenis. Dan sejak dulu warna RO tidak berubah, yakni memiliki warna merah dan putih.
“Kalau dulu mah iya, RO cuma ada di warung- warung saja, sekarang mah udah banyak di toko oleh- oleh juga, seperti di daerah Cibungur hingga Cikampek atau pun di rest area jalan tol. Kalau yang menjadi khasnya RO dari rasa, wangi kencur dan warna nya merah dan putih,” ucapnya.
Kini, pembuatan RO sendiri tidak hanya dilakukan keluarga Raden Omay. Seiring berjalannya waktu dan pesanan yang terus meningkat, hampir seluruh warga di blok RO desa Sempur tersebut membuat kerupuk serupa. Bahkan tak jarang, meski pembuatan RO dilakukan secara manual atau cara tradisional, namun mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
RO sendiri seolah menjadi oleh- oleh yang wajib dibawa ketika orang luar daerah singgah di Kecamatan Plered atau tepatnya ke Desa Sempur.
Terlebih tak jauh dari Blok RO terdapat makam salah seorang ulama besar yaitu Tubagus Ahmad Bakri atau Mama Sempur yang haul nya selalu diperingati setiap tahun dan selalu ramai dikunjungi pejiarah dari berbagai daerah, sehingga RO pun begitu melekat bagi pejiarah.
“Alhamdulilah, hampir disemua rumah disini (Blok RO- Red) kegiatan sehari- hari nya membuat RO, dan khusus ditempat saya saja saat ini ada sekitar 16 orang yang bekerja semuanya tetangga- tetangga disini. Dan untuk pejiarah yang datang kesini, sepertinya tak lengkap jika tidak membeli RO untuk dibawa pulang,” pungkasnya.(wes/zak)