
Kusnaya (berbaju putih). (Foto : Latif/Praja).
KARAWANG– Sejumlah peristiwa politik di Karawang terjadi selama 2019. Di antara peristiwa tersebut ada yang menyedot perhatian publik Karawang.
Sebut saja, terpilihnya Kang Pipik sebagai Ketua DPC PDIP Karawang, daftarnya orang dekat Cellice, Jenal Arifin, ke PDIP dan Gerindra. Di ujung Desember, mantan adik ipar Cellica, dr Yesi daftar ke Gerindra dan siap menantang Cellica di Pilkada 2019.
Berikut beberapa peristiwa politik sepanjang 2019 yang dihimpun Prasastijabar.com :
1. Kang Pipik Nahkodai DPC PDIP Karawang
Setelah melalui serangkaian penjaringan dari tingkat pleno PAC dan pleno DPC Kabupaten Karawang, akhirnya pada Konferensi Cabang yang digelar di Kota Bekasi,di Hotel Aston Minggu (14/7/2019), DPP PDI-P telah memilih tiga kader terbaik PDI-P Karawang untuk menduduki posisi Ketua, Sekretaris dan Bendahara (KSB).
Taufik Ismail yang akrab disapa Kang Pipik terpilih untuk sebagai nahkoda, disusul Natala Sumedha sebagai Sekretaris dan Elievia Khrissiana ditunjuk sebagai Bendahara.
Ketua Demisioner DPC PDI-P Kabupaten Karawang, Karda Wiranata, mengatakan, hasil KSB tersebut merupakan keputusan DPP yang tidak bisa diganggu gugat dan bila kader yang tidak mengikuti keputusan DPP akan dikenai sanksi.
“Suka tidak suka, puas tidak puas, inilah keputusan DPP yang harus diterima semua kader PDI-P Karawang,” kata Karda.
2. Usai Lapor Bawaslu, Caleg Ini Buka-Bukaan Borok Jual Beli Suara di Pileg 2019
Sempat mangkir beberapa kali dipanggil, Eka Budi Santoso alias Kusnaya, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Perindo yang membongkar kasus dugaan jual beli suara pada Pemilu 2019 lalu, akhirnya datangi kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Karawang, Senin (24/6/2019). Ia menyerahkan sejumlah dokumen kepada Bawaslu terkait kasus tersebut.
“Saya memenuhi undangan Bawaslu untuk mengklarifikasi apa yang telah beredar di media massa. Saya datang menyampaikan bukti-buktinya sebagai bahan tindak lanjut Bawaslu,” kata Kusnaya, seusai bertemu dengan Bawaslu di hadapan sejumlah wartawan.
Menurutnya, kasus tersebut tetap akan dibawa ke ranah hukum sesuai bukti-bukti yang ada. Untuk keperluan itu, Kusnaya mengaku akan didampingi pengacara dari Ormas Pemuda Pancasila, Provinsi Jawa Barat.
“Saya merupakan pengurus sejumlah organisasi, termasuk PP. Saya sudah berkonsultasi dengan pengacara PP, kemungkinan kasus ini akan dilaporkan penipuannya,” katanya.
3. Jelang Pilkada Karawang 2020, Gerindra Karawang Diterpa Isu Perpecahan
Menjelang tahapan Pilkada Karawang 2020 yang tinggal dalam hitungan bulan, Partai Gerindra Karawang diterpa isu perpecahan antara Ketua DPC Partai Gerindra Karawang Ajang Sopandi dengan Sekretaris Endang Sodikin. Bahkan kabarnya keduanya masing-masing sudah melakukan manuver untuk membuat struktur baru DPC Gerindra Karawang.
Menurut informasi yang didapatkan Prasastijabar.com, kubu Ajang Sopandi sudah membuat surat perubahan struktur DPC Gerindra Karawang ke DPP tanpa rekomendasi terlebih dahulu ke pengurus DPD Gerindra Jawa Barat. Sementara kubu Endang Sodikin ajukan surat perubahan struktural DPC Gerindra Karawang ke DPP Gerindra melalui DPD Gerindra Jawa Barat.
Dihubungi melalui ponsel, Endang Sodikin tidak menampik adanya perpecahan di partai besutan Prabowo Subianto tersebut. Menurutnya, hal itu dipicu lantaran adanya miskomunikasi dan ketidakmampuan Ajang dalam mengelola partai. Seharusnya, sambungnya, ketika terjadi miskomunikasi Ajang ajak bertemu lakukan rapat-rapat internal.
“Tetapi yang terjadi Ajang mengeksekusi sendiri dengan cara mem-bypass yang bertentangan dengan AD/ART, padahal setiap partai miliki aturan dan mekanisme. Jadi jangan kelola partai ceuk kumaha aing (semau gue-red),” tandasnya kepada Prasastijabar.com, Jumat (19/7/2019).
4. Siap Maju di Pilkada 2020, H. Enan Ngebet Ingin ‘Dikawinkan’ Dengan Cellica
Tokoh pengusaha Karawang yang juga kader Gerindra Karawang, H. Enan Supriatna, menyatakan kesiapannya untuk berlaga di Pilkada 2020. Seandainya ditakdirkan dipercaya Partai Gerindra maju di Pilkada 2020, ia mengaku hanya ngebet dikawinkan dengan sang petahana, Cellica Nurrachadiana.
“Meski di lingkup elit mulai luntur, tapi di kalangan grassroot elektabilitas Cellica masih tinggi,” kata H. Enan, Jumat (19/72019).
Memakai pola pikir pedagang, H. Enan tentu ingin dapat keuntungan bila nanti maju di Pilkada, Keuntungan akan ia dapatkan bila dikawinkan dengan Cellica. Namun demikian, dirinya pun tak menolak dipasangkan dengan kandidat lain bila kelak partai menginginkannya.
“Tidak bisa menolak kebijakan DPP bila memang arahnya berbeda dengan keinginan saya,” ucap pendukung Cellica di Pilkada 2015 ini.
H. Enan menjelaskan, sedikitnya ada empat yang dipertimbangkan bila ingin maju di Pilkada, di antaranya, elektabilitas, popularitas, loyalitas dan logistik.
“Saya memiliki keempat hal tersebut,” katanya optimis. (red).