Pasar Luar Negri Lesu, Pengrajin Keramik Plered Bidik Pasar Lokal

Pengrajin kramik di Plered Kabupaten Purwakarta

PURWAKARTA-Pasar lokal penjualan keramik/gerabah asal Plered terus mengalami peningkatan seiring lesunya pesanan keramik dari luar negri.

Hal itu seolah menjadi dewa penolong bagi para pengrajin yang sempat putus asa akibat pesanan keramik dari luar negri terhenti dampak situasi pandemi Covid 19 yang menyerang hampir diseluruh negara.

“Sejak terjadi pandemik covid- 19, otomatis semua pesanan atau pengiriman keramik ke luar negri terpaksa dibatalkan. Namun, pesanan dari luar negri terhenti, tapi alhamdulilah pesanan dari lokal ramai lagi, dan terus meningkat,” ujar Candra (34) salah satu pengrajin keramik Plered, Sabtu (25/7/2020).

Saat ini, ditambahkan Candra, pesanan keramik berasal dari sejumlah pembeli dari berbagai kota di Jawa Barat dan Jakarta bahkan hingga Bali. Umumnya, jenis keramik yang dipesan berupa alat rumah tangga hingga aksesoris rumah pribadi.

“Kalau lokal itu kebanyakan kebutuhan rumah tangga dan aksesoris rumah, seperti pot, ulekan (coet- red), celengan, keperluan taman dan lainnya,” ucapnya.

Berbeda dengan pasar luar negri, umumnya pembeli memesan keramik hias dengan kualitas dan bahan no 1, seperti jenis guci serta hiasan atau keramik yang berpungsi untuk pajangan.

Sementara, pasar lokal lebih ke jenis keramik yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari- hari dan harganya pun lebih ke kelas menengah ke bawah.

“Tapi dari pada ke luar negri gak ada, mending seperti sekarang, setiap hari pesanan ada saja, seperti ke Jakarta dan kota tetangga lainnya,” terangnya.

Sementara, Eman, salah satu pengusaha keramik yang biasa menjual keramik dengan pasar luar negri mengaku turut terdampak penyebaran Covid- 19. Selain terkait ekspor keramik terhenti sejumlah pameran atau event pada tahun ini terpaksa ditunda.

Padahal, menurutnya, pameran merupakan momen paling ditunggu untuk memasarkan keramik kepada calon pembeli, karena di sana banyak turis yang hadir.

“Di awal tahun saya sudah mempersiapkan diri akan mengikuti pameran pada Maret kemarin, tapi ditunda dan saya tidak kirim barang ke luar negeri karena tak ada calon pembeli,” keluhnya.

Dirinya mengaku produksi keramik interior atau barang fungsi dan hias seperti guci yang biasa di ekspor sempat berhenti..
Eman pun kemudian terpaksa membidik pasar lokal untuk sementara agar usaha miliknya tetap produksi.

“Sebetulnya saya kurang paham betul di pasar lokal, tapi situasi pada waktu itu memaksa mencoba peruntungan di pasar lokal agar para perajin dapat kembali produksi,” jelasnya.

Dijelaskan Eman, sejak pertama kali merintis usaha keramik 1993 baru kali ini merasakan penurunan cukup drastis dalam pasar ekspor.

“Dalam satu tahun biasanya ekspor keramik tak kurang dari tiga kontainer,” imbuhnya.

Pada tahun ini, Eman tak yakin akan sama seperti tahun sebelumnya meski pemerintah telah memberlakukan new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru sebagai upaya untuk memulihkan produktivitas masyarakat.

Namun setidaknya, Eman berharap, diberlakukan new normal pameran bisa kembali digelar sehingga ekspor keramik juga kembali normal.

“Ya semoga saja, secepatnya diberlakukan new normal, maka bisnis keramik juga turut kembali normal,” pungkasnya.(wes/zak)

Baca juga

Leave a Comment