
Spanduk Rencana Pembangunan Ponpes Daarul Masur berdiri di salah satu bukit Puncaksempur, Pegunungan Sanggabuana. Pembangunan Popes tersebut diharapkan semakin meramaikan Puncaksempur.
KARAWANG-Sejumlah warga di Kawasan Puncaksempur, Desa Cintalaksana, Kecamataan Tegalwaru, membatah keras isu pembangunan di daerahnya hanya untuk kepentingan satu pengusaha saja. Mereka mengaku sangat terbantu secara ekonomi dengan dibangunnya berbagai sarana dan prasarana oleh Pemkab Karawang.
Irah (35), salah seorang pemilik warung di kawasan Puncak Sempur menyebutkan, sejak kualitas jalan menuju Puncaksempur diperbaiki, konsumennya kini semakin banyak. Padahal, sebelumnya warga yang datang ke lokasi itu tak seramai saat ini.
“Dulu warga yang naik ke Puncaksempur butuh perjuangan. Mereka harus menempu jalan yang terjal dan berbatu,” katanya.
Disebutkan Irah, warga yang datang ke Puncaksempur biasa ingin berkemping. Dan mereka membawa perbekalan sendiri sehingga jarang jajan di warung.
Selebihnya, yang jajan ke warungnya adalah warga setempat yang berkebun atau tengah memanen kebunnya. “Sejak ada jalan ke sini, Alhamdulillah warung saya menjadi ramai,” ujar Irah.
Dikatakan, dia mendirikan warung di lahan milik orang lain. Namun dari dulu hingga saat ini pemilik lahan tidak pernah mengusiknya apalagi meminta biaya sewa.
Saat ini, lanjut dia, pemilik lahan berencana melakukan penataan warung agar terlihat rapi dan lebih representatif. Tentu rencana itu membuat bahagia para pemilik warung. Mereka berharap, jika warungnya lebih bagus, konsumennya semakin banyak karena nyaman ketika jajan.
“Kami sama sekali tidak keberatan, bahkan terimakasih kalau memang penataan warung akan dilaksanakan,” tegasnya.
Hal senada dikatakan pengelola parkir di Puncaksempur. Menurutnya, lahan parkir itu milik investor wisata kuliner Koffie Hideung. Namun, yang parkir di lahan tersebut bukan pengunjung koffie hideung, melainkan pengunjung lain yang mau kemping atau masuk ke objek wisata hutan yang dikelola Bumdes Cintalaksana.
“Uang hasil parkir pun kami setorkan ke Bumdes, bukan ke pemilik lahan. Artinya, lahan parkir ini benar-benar untuk menghidupi warga sekitar, bukan untuk kepentingan pengusaha Koffie Hideung. Sebab, objek wisata Koffie Hideung punya lahan parkir sendiri, terpisah dari lahan parkir umum ini,” katanya.
Sementara itu, Rizal, Kepala Dusun III yang membawahi beberapa RT termasuk blok Datar Kopi, menyebutkan, sejak ada objek wisata Koffie Hideung, daerahnya semakin rampai. Wisatawan tidak melulu masuk ke Koffie Hideung, tapi juga masuk ke objek wisata kawasan hutan produksi yang kini dikelola Bumdes.
Disebutkan, wisatawan yang datang ke objek wisata kawasan hutan memerlukan sarana ibadah dan tempat bersuci. Sementara mushola yang dibangun beberapa tahun ke belakang kondisinya sangat rapuh karena terbuat dari kayu dan bambu.
Atas dasar itu, lanjut Rizal, pihak Pemdes Cinta laksana saat masih di jabat Kepala Desa Ade Witarsa mengajukan permohonan perbulan Mushola dan sarana prasarana lainnya. Permohonan itu akhirnya dikabulkan Pemkab Karawang secara bertahap.
“Tahun ini kami mendapat jatah perbaikan mushola dan instalasi air. Alhamdulillah, semakin lengkap agar wisatawan dari berbagai daerah nyaman saat datang ke sini,” katanya.(red)