
Hj Neneng dan Mahasiswa STIE Wikara Menunjukan Rangginang yang Sudah Dikemas Secara Modern. (Foto : Uwes/Praja).
PURWAKARTA-Selain dikenal dengan sejumlah tempat wisata nya, beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta seperti di kecamatan Kiarapedes ternyata memiliki produk kuliner khas yang layak menjadi oleh- oleh saat anda mengunjungi kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat tersebut.
Di kecamatan kiarapedes atau tepatnya di Desa Gardu misalnya, masyarakatnya sudah sejak dahulu mempopulerkan dan melestarikan beberapa kuliner khas bahkan salah satunya merupakan jenis makanan ringan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa Barat yaitu Rangginang.
Salah satu pembuat Rangginang asal Desa Gardu kec Kiarapedes, Neneng Fatimah (44), mengatakan, Ranginang adalah cemilan khas masyarakat sunda yang terbuat dari beras ketan yang dibumbui dan dikeringkan dengan cara di jemur dibawah sinar terik matahari.
“Untuk proses pengeringan adonan rangginang cukup singkat hanya perlu waktu sekitar dua hari saja. Tapi kalau musim kemarau seperti saat ini, 1 hari saja sudah kering dan bisa langsung digoreng” ujarnya. Minggu, (1/9/2019).
Untuk rasa, sambungnya, seringkali rangginang dibuat dengan ditambahkan bumbu penyedap atau pemanis dari gula aren bahkan hingga terasi, tergantung selera.
Untuk bahan bakunya pembuatan rangginang dengan menggunakan beras ketan biasa atau ketan hitam.
“Bahannya harus ketan karena lebih lengket saat dibentuk menjadi rangginang, ada juga yang terbuat dari nasi biasa bahkan bisa menggunakan tepung singkong itu namanya renggining, hampir sama tapi beda bahan,” jelasnya.
Selama ini rangginang dijual ke pedagang oleh oleh dengan keadaan mentah dan tanpa kemasan ataupun merek. Namun melalui kegiatan KPPM yang dilakukan puluhan mahasiswa STIE Wikara Purwakarta di desanya, Neneng mendapatkan ilmu pemasaran hingga pengemasan produk rangginang agar mempunyai daya saing dan nilai jual lebih di pasaran.
“Alhamdulilah saat ini sudah dibantu Mahasiswa dari STIE WIKARA cara pemasaran dan membuat kemasan hingga mempunyai merek sendiri, jadi rangginang nanti bisa di jual langsung ke toko atau pun pasar lainnya,” kata Neneng.
Diakuinya, dengan cara dikemas dan diberi merk, kini rangginang hasil olahan nya itu bisa langsung dinikmati karena tidak di jual dalam keadaan mentah lagi. Bahkan ia berharap rangginang produknya itu bisa dikenal masyarakat luas dan rangginang khas Kiarapedes nya itu mampu bersaing dengan makanan ringan lainnya di pasaran.
“Sekarang saya lebih percaya diri untuk menjual rangginang ke toko-toko atau pun pasar lainnya, kemasannya sudah bagus, cantik, insyaalah mampu bersaing dengan makanan ringan lainnya” harapnya. (wes/tif).