Refleksi Akhir Tahun 2020 : Dominasi Politik Transaksional dan Lemahnya Keberpihakan Kepada Petani

Kang Pipik saat sampaikan pandangan dalam diskusi akhir tahun.

KARAWANG-Untuk kali kedua, DPC Media Online Indonesia (MOI) Kabupaten Karawang berkolaborasi dengan DPC Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem) Kabupaten Karawang menggelar diskusi publik dengan menghadirkan sejumlah aktivis dari Serikat Tani Karawang (Setakar), Serikat Petani, Banteng Muda Indonesia dan sejumlah aktivis serikat buruh, serta tak lupa hadir Ketua PDIP Karawang, Pipik Taufik Ismail, di Eagle Cafe, Rabu (30/12/2020) malam.

Ketua DPC MOI Karawang, Latifudin Manaf, dalam sambutannya yang juga sekalgus sebagai moderator acara tersebut mengatakan, banyak peristiwa yang terjadi di Kabupaten Karawang, baik itu peristiwa politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya, yang di antaranya kemudian terekam dalam narasi berita di sejumlah media online.

“Peristiwa yang terekam itulah yang kemudian kita diskusikan dan kritisi agar di tahun depan 2021 sesuatu yang baik ditingkatkan dan sesuatu yang kurang baik bisa diluruskan,” ujarnya yang juga Pemred Prasasti Jabar.

Diskusi publik akhir tahun.

Senada dikatakan Ketua DPC Repdem Karawang, Deden Sofian. Menurutnya, budaya diskusi ini harus dibudayakan, tidak hanya digelar setiap akhir tahun. Bahkan kalau bisa digelar setiap bulan.

“Dengan budayakan diskusi akan terwujud masyarakat kritis yang bisa memberikan masukan positif kepada pemerintah daerah,” ucapnya.

Ketua PDIP Karawang Kang Pipik diberikan kesempatan pertama untuk menyampaikan pandangannya terkait dinamika politik di Karawang. Menurutnya, politik transaksional masih dirasa mendominasi di Karawang.

“Sekalipun miliki elektabilitas dan popularitas tinggi, tetap saja ada yang namanya transaksional. Tanpa itu bisa goyah,” ulasnya.

Kang Pipik pun tidak menampik, Pilkada 2020 yang dimenangkan paslon 02 disebabkan mereka dinilai memiliki insfratruktur politik yang mumpuni.

“Kami yang masih baru dihadapkan petahana yang sudah mengakar memerintah selama kurang lebih 10 tahun. Tentunya insfrastruktur politik mereka sudah kuat,” tandasnya.

Kesempatan yang sama, Sekretaris Sepetak Karawang, Engkos, menuturkan pandangannya terkait permasalahan para petani di Karawang. Engkos berpendapat, banjir yang terjadi sepanjang tahun 2020 yang banyak merendam areal persawahan pada musim tanam utama dan kelangkaan pupuk pada musim tanam gadu menyebabkan kemerosotan tingkat produksi.

Meski para pengamat dan pemerintah menyatakan tingkat provitas mencapai 70,2 sampai 74 kuintal per hektar, kenyataan di lapangan sebagian besar produksi padi rata-rata hanya mencapai 60 kuintal per hektar.

“Sementara dampak banjir dan keterlambatan pemupukan menyebabkan kualitas padi menurun sehingga di sejumlah tempat harga gabah saat memasuki masa panen juga menghunjam drastis ke titik terendah hingga menyentuh angka 3.300 per kilo gram,” ujarnya. (red).

 

Baca juga

Leave a Comment