Menelisik Akar Persoalan Tawuran Pelajar

KARAWANG – Fenomena tawuran antar pelajar acap kali terjadi tanpa diketahui pihak sekolah, aparat keamanan, dan para orangtua siswa.

Namun, ketika melihat dan menelisik sejumlah akun media sosial baik Instagram, tiktok, dan lainnya, ternyata aksi para pelajar yang tawuran sangat mengejutkan.

Yang lebih miris, di wilayah Karawang, Bekasi, dan sekitarnya, fenomen tawuran yang sebelumnya dilakukan oknum siswa SMK/SMA, belakangan ini bergeser di kalangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Konten Media sosial kerap Jadi Ajang Provokasi dan Propaganda Aksi Tawuran Pelajar

Perencanaan aksi tawuran kerap bermula saling provokasi melalui akun media sosial berdalih akun pelajar bernama sekolah masing-masing.

Fakta yang terjadi, melalui penelusuran dan pengamatan tim prasastijabar.co.id, aksi tawuran pelajar sudah tidak wajar. Sebab, aksi mereka seringkali dibekali berbagai macam senjata tajam berbahaya.

Jalan Siliwangi, Jalan Interchange Karawang Barat, bahkan area Kampung Budaya tercatat berulang kali menjadi arena tawuran pelajar.

Peran Alumni

Sejumlah fakta dan data yang diperoleh, para pelajar yang notabene masih anak usia dibawah umur ( siswa SMP), dijadikan aset berharga para oknum seniornya yang telah lulus untuk kemudian dikaderisasi sedemikian rupa menjadi panglima tawuran.

Mirisnya lagi, para siswa yang tawuran, aksinya dijadikan konten media sosial yang dibumbui kata-kata, serta diolah agar mendapat viewers maupun follower akun sosmed para seniornya.

Lalu, kenapa hal ini bisa terjadi?. Faktanya, informasi dari sumber yang dianggap kompeten, mengimformasikan sejumlah oknum pelajar yang terlibat tawuran, berasal dari kalangan menengah kebawah.

Minimnya perhatian orangtua, persoalan ekonomi, perceraian, prahara rumahtangga, dan faktor masyarakat lingkungan tempat tinggal serta lingkungan tempat tongkrongan menjadi faktor kuat yang mendorong siswa memilih melampiaskannya melalui tawuran.

Sementara, pihak sekolah yang terkait, Dinas Pendidikan setempat, aparat keamanan, dan masyarakat seringkali kecolongan dengan kesulitan menangani fenomena ini. Walau tak jarang sejumlah aksi para pelajar terantisipasi dan dapat dicegah sebelum terjadi tawuran oleh para petugas.

Perlu kerjasama yang lebih intens untuk mencegah dan mengantisipasi aksi nakal para anak baru gede (ABG) yang notabene memasuki masa transisi dalam perkembangan kematangan fisik, mental, dan psikologisnya.

Peran Sekolah, orangtua, dinas terkait, masyarakat, serta aparat keamanan sangat diperlukan untuk mengatasi fenomena tawuran pelajar tersebut.

Penulis : tim jurnalis prasastijabar.co.id

Baca juga

Leave a Comment