Sejumlah Tempat Wisata Religi Purwakarta yang jadi Rekomendasi

Salah satu tempat wisata religi di Purwakarta

PURWAKARTA-Kabupaten Purwakarta tidak hanya dikenal dengan keberadaan sejumlah tempat wisata alam, budaya hingga kuliner khasnya. Namun kabupaten terkecil di Jawa Barat itu juga memiliki sejumlah tempat wisata religi yang dapat menjadi rekomendasi bagi wisatawan.

Kadisporaparbud Purwakarta, Agus Hasan Saepudin mengungkapkan, biasanya sejumlah tempat religi tersebut memiliki nilai sejarah seperti perjuangan melawan penjajah hingga awal mula penyebaran agama islam di Kab Purwakarta.

Maka tak jarang tempat- tempat tersebut hingga kini banyak dikunjungi wisatawan di waktu- waktu tertentunya.
Salah satunya seperti Masjid Agung Baing Yusup yang berada di Komplek Pemda Purwakarta.

“Disekitar Masjid itu terdapat makam Syekh Baing Yusuf. Beliau merupakan salah satu tokoh sejarah yang menyebarkan Islam di Purwakarta. Beliau merupakan guru dari Syekh Nawawi Al-Bantani Ulama Indonesia yang menjadi Imam di Masjidil Haram Mekah,” ungkapnya, Sabtu (22/8/2020).

Tempat wisata religi lainnya yang jadi rekomendasi, ditambahkan Agus, seperti Makam Eyang Pandita yang terletak di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta. Makam Eyang Pandita berada di Kawasan Desa Wisata Kampung Tajur, berdekatan dengan Curug Panembahan.

“Oleh masyarakat setempat Eyang Pandita dipercaya sebagai sesepuh Desa Pasanggrahan dan salah satu leluhur masyarakat disekitarnya. Keunikan dari makam ini adalah lokasinya yang berada di atas bukit, sehingga dapat terlihat pemandangan gunung Burangrang, area pesawahan, perkebunan sayur warga dan kawasan hutan,” tambahnya.

Lalu, Makam KH. Tubagus Ahmad Bakri bin KH. Tubagus Syeda bin KH. Tubagus Arsyad yang berada di Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta atau akrab disebut Mama Sempur.

Konon, Mama Sempur adalah salah satu tokoh muslim di Purwakarta yang turut menyebarkan agama Islam pada jamannya serta mendapat garis layak dari Keraton Banten (Istana Banten). Hal itu diambil dari garis layak KH. Tubagus Arsyad yang merupakan keturunan langsung dari Keraton Banten.

Di akhir setiap bulan Dzulqaidah, tempat itu selalu melaksanakan haul yaitu sebuah moment untuk mengingat wafatnya Mama Sempur.

“Hingga saat ini setiap peringatan wafat Mama Sempur banyak para peziarah yang datang dari berbagai daerah, bahkan tidak sedikit pula dari luar provinsi. Warga sekitar mendapat barokah dari peringatan haul Mama Sempur karena lahan milik mereka disewa untuk lapak berjualan kepada para pedagang di sekitar makam,” jelasnya.

Kemudian, tempat wisata religi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi ialah Makam Eyang Gandasoli yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.
Berkaitan dengan nama Gandasoli, konon sekitar Tahun 1628 datang seorang panglima tentara Mataram bernama Raden Surya Sumadita Angga Yuda atau kini akrab disapa Eyang Dalem Gandasoli dengan sejumlah orang- orang terdekatnya seperti, Mbah Balung Tunggal, Mbah Jaksa dan lainnya.

Beserta Pasukannya, Eyang Dalem Gandasoli saat itu sedang dalam perjalanan untuk menggempur tentara VOC yang berada di Batavia. Sebelum sampai ke tujuan beliau bersama pasukannya sempat singgah di suatu tempat yang bernama Lembur Kolot (dahulu masuk Desa Gandasoli, sekarang masuk Desa Mekarsari- red) yang secara langsung berdekatan dengan aliran sungai Citarum dan menjadi jalur alternatif satu- satunya untuk sampai menuju Batavia.

“Diketahui, Eyang Dalem Gandasoli meninggal sekitar tahun 1713. Peralatan dan bajunya sampai saat ini masih ada dan diamankan oleh warga sekitar,” terangnya.

Sementara, saat wisatawan mengunjungi sejumlah tempat wisata religi tersebut di imbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya dalam menekan angka penyebaran Covid 19 yang saat ini masih terjadi.

“Terpenting tetap terapkan protokol kesehatan, jaga jarak, kenakan masker, dan lainnya,” pungkasnya.(wes/zak)

Baca juga

Leave a Comment