Sebagai bangsa yang sangat menghargai dan menghormati pengorbanan para pahlawan terdahulu, 10 November telah ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Peringatan Hari Pahlawan Nasional ditujukan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan Indonesia yang sudah rela mengorbankan jiwa, raga dan pemikirannya untuk kemerdekaan Indonesia.
Pada masa penjajahan, hampir seluruh elemen bangsa berjuang demi sebuah kemerdekaan. Berbagai macam kelompok, ras maupun agama bersatu dalam satu tujuan, yaitu kemerdekaan.
Begitupun pasca kemerdekaan, banyak tokoh-tokoh intelektual yang sangat berjasa mempertahankan kedaulatan negara.
Dari sekian banyak nama-nama pahlawan nasional, berikut beberapa pahlawan kelahiran Jawa Barat:
1. Abdullah bin Nuh
KH. Abdullah bin Nuh, merupakan salah satu tokoh kharismatik dalam perjuangan kemerdekaan. Ia lahir di Kampung Bojong Meron, Kota cianjur, pada 30 Juni 1905.
Abdullah bin nuh juga merupakan ulama, sastrawan dan juga pendidik yang dikenal sebagai pendiri pesantren Al Ghozali, Bogor.
Anak dari pasangan Raden H Mohammad Nuh bin Idris dan Nyi Raden Aisyah bin Raden Sumintapura ini, sejak kecil sudah mengemban pendidikan agama Islam.
Ia mengemban pendidikan di Madrasah Al-I’anah Cianjur yang juga didirikan oleh ayahnya. Setelah itu, ia meneruskan pendidikan ke tingkat menengan di Madrasah Syamailul Huda di Pekalongan, Jawa Tengah.
Keterlibatannya dalam perjuangan kemerdekaan, tercatat saat ia bergabung bersama PETA pada tahun 1943 hingga 1945. Ia ikut turun ke medan juang sebagai Daidancho wilayah Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Daidanco merupakan tingkatan pasukan PETA yang paling tinggi, yakni batalyon.
Tokoh kelahiran Cianjur yang juga dikenal sebagai sastrawan,ulama dan juga anggota militer ini mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Pemerintah RI pada tahun 2010.
2. Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1884, di Cicalengka, Bandung. Ia merupakan putri dari salah satu keluarga ternama di Jawa Barat, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas.
Kegemarannya dalam dunia pendidikan, terlihat sejak masih kanak-kanak. ia sering bermain peran menjadi seorang guru bersama teman-temannya.
Berkat kegemarannya tersebut, pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. kemudian pada tahun 1910, sekolah tersebut direlokasi ke Jalan Cigurian dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri.
Sekolah wanita yang didirkannya berkembang pesat hingga tersebar ke seluruh wilayah Jawa Barat. Hingga pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.
Di sekolah tersebut, para wanita diberikan beberapa pengajaran seperti membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama hingga beberapa keterampilan.
Pada 11 September 1947, Dewi Sartika meninggal dan dimakamkan di Cineam, Tasikmalaya. Namun kemudian dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung, setelah keadaan berangsur aman.
3. Otto Iskandardinata
Salah satu tokoh pahlawan nasional asal Jawa Barat yang mendapatkan julukan si Jalak Harupat ini lahir pada 31 Maret 1897 di bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ia merupakan keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja.
Pada masa sebelum kemerdekaan, Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo Cabang Bandung pada periode 1921-1924 dan kemudian kembali menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo di Pekalongan pada tahun 1924.
Selain itu, ia juga aktif dalam organisasi Budaya Sunda yang bernama Paguyuban Pasundan. Jabatan yang pernah diembannya yakni Sekretaris Pengurus Besar pada tahun 1928 dan menjadi Ketua pada periode 1929-1942.
Otto juga kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI bentukan pemerintah Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.
Namun sayang, pada pasca kemerdekaan ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, yang diduga terbunuh di daerah Banten.
Kejadian tersebut diduga adanya ketidakpuasan dari salah satu laskar yang disiapkan untuk terbentuknya BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ia hilang dan diperkirakan meninggal saat dirinya bertugas sebagai Menteri Negara di kabinet pertama Republik Indonesia tahun 1945.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 088/TK/Tahun 1973, Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Untuk mengabadikan perjuangannya, didirikanlah Monumen Pasir Pahlawan yang berada di Lembang, Bandung. Selain itu, nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia.
4. Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja
Djoeanda Kartawidjaja lahir pada 14 Januari 1911 di Tasikmalaya. Anak pertama dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat. Ayahnya merupakan Mantri Guru pada Hollandsch Inlansdsch School.
Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir ini, telah mendeklarasikan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal sebagai negara kepulauan.
Deklarasi tersebut disampaikan saat konvensi hukum laut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum Laut (UNCLOS), 13 Desember 1957. Walaupun sempat mendapat pertentangan, akhirnya pada tahun 1982, deklarasi tersebut dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-II Tahun 1982.
Djoeanda Kartawidjaja wafat di Jakarta 7 November 1963, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Atas sumbangsihnya yang sangat besar terhadap perluasan wilayah Republik Indonesia, Djoeanda Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh nasional atau pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963.
5. Iwa Kusumasumantri
Lahir di Ciamis, Hindia Belanda, 31 Mei 1899. Seorang politikus Indonesia lulusan sekolah hukum di Hindia Belanda dan Belanda.
Setelah lama berada di Belanda dan Uni Soviet, ia kembali ke Indonesia dan membuktikan dirinya sebagai seorang pengacara, nasionalis dan kemudian seorang tokoh hak-hak pekerja.
Saat persiapan kemerdekaan, Ia menyarankan istilah proklamasi yang pada akhirnya digunakan. Selain itu, ia juga membantu dalam proses penyusunan UUD 1945.
Pada tahun 2002 Iwa dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berkat jasa-jasanya dalam membela hak-hak pekerja, serta keterlibatannya dalam persiapan kemerdekaan.
Sumber:
– wikipedia.org
– nu.or.id
– kompas.com
– republika.co.id