
Pedagang Saat Berjualan di Pinggir Rel Kereta Api
CIANJUR-Sejumlah pedagang di Pasar Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat, terpaksa berjualan di pinggir rel kereta api lantaran sampai saat ini mereka belum juga dibangunkan pasar darurat.
Dengan berjualan di pinggir rel yang jaraknya satu meter dari lintasan, bisa saja sewaktu-waktu kereta menyerempet mereka.
Seorang pedagang yang berjualan di sisi rel, Ujang Rahmat (51), mengatakan, mereka terpaksa berjualan di pinggir rel kereta api karena belum mempunyai tempat untuk berjualan.
“Asalnya kita juga gak akan jualan di sini, namun karena tempatnya belum ada, saya jualan di sini dulu sampai pasar darurat selesai dibangun. Kalau tempatnya sudah beres dari kemarin juga saya sudah pindah,” ujarnya saat diwawancara, Selasa (1/9/2020).
Menurutnya, tetap aja meski berjualan di pinggir rel kerata, mereka masih dipinta bayaran oleh pihak pasar sebesar Rp5.000 per hari dengan alasan untuk uang kebersihan.
Baca juga : CEPOT: Suplayer BPNT Ambil Keuntungan Tidak Manusiawi
“Sekarang itu kita dua kali bayar, Rp5.000 kepada pihak pasar, dan Rp10.000 untuk yang punya tempat,” ungkapnya.
Mereka mulai ejualan di pinggir rell kereta api semenjak terjadinya kebakaran kebaran hebat di pasar Ciranjang.
Untuk sementara lanjut Ujang, mereka berjualan di pinggir rel atas dasar arahan dari pihak pasar.
“Pihak pasar sebelumnya juga menyuruh para pedagang untuk berjualan di pinggir rel sebelum lapak yang mereka sediakan selesai dibangun,” katanya.
“Sebelumnya di pinggir rel ini penuh banget pedagang, namun sebagian sudah ada yang pindah ke kios barunya, rencana pemindahan pedagang akan dilakukan minggu depan,” timpal Ujang.
Sementara, Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Diskoperindag) Cianjur, Tohari Sastra, mengatakan, saat ini anggaran untuk pembangunan pasar darurat sedang diajukan ke Pemda Cianjur.
“Ada sebanyak 1.000 pedagang kios yang rencananya akan dapat bantuan sebesar Rp1,5 juta per pedagang untuk pembuatan pasar darurat, namun kita masih menunggu persyaratan yang kurang seperti rekening dan lainnya,” ujar Tohari.
Ia menjelaskan, para pedagang kios tersebut terpaksa berdagang di pinggir rel lantaran belum ada kios baru untuk tempat mereka jualan.
“Kita juga sudah menyuruh pihak Dewan Pengurus Pasar (DPP) untuk memusyawarahkan hal tersebut bersama pedagang supaya tertib, sehingga para pedagang berjualannya tidak berpencar,” tegasnya.
Ia mengaku, imbauan terus disampaikan oleh pihak dinas, namun tetap dinas merasa kesulitan untuk menertibkan para pedagang tersebut, lantaran kondisinya saat ini sedang darurat.
“Saat ini pihak Dinas belum bisa mengarahkan para pedagang untuk pindah berjualan, karena jumlah lapaknya juga masih sedikit. Paling nanti kalau pasar darurat sudah jadi kita punya alasan kuat untuk mengarahkan mereka supaya pindah,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, untuk saat ini sangat susah ketika ingin menertibkan mereka, karena pasar daruratnya belum juga dibangun.
“Jadi itu yang menjadi salah satu kendala kita tidak bisa nyuruh mereka untuk menertibkan tempat jualan mereka,” tutupnya. (wan/tif).