
Ajang Sopandi (tengah), Endang Sodikin (kanan).
KARAWANG-Menjelang tahapan Pilkada Karawang 2020 yang tinggal dalam hitungan bulan, Partai Gerindra Karawang diterpa isu perpecahan antara Ketua DPC Partai Gerindra Karawang Ajang Sopandi dengan Sekretaris Endang Sodikin. Bahkan kabarnya keduanya masing-masing sudah melakukan manuver untuk membuat struktur baru DPC Gerindra Karawang.
Menurut informasi yang didapatkan Prasastijabar.com, kubu Ajang Sopandi sudah membuat surat perubahan struktur DPC Gerindra Karawang ke DPP tanpa rekomendasi terlebih dahulu ke pengurus DPD Gerindra Jawa Barat. Sementara kubu Endang Sodikin ajukan surat perubahan struktural DPC Gerindra Karawang ke DPP Gerindra melalui DPD Gerindra Jawa Barat.
Dihubungi melalui ponsel, Endang Sodikin tidak menampik adanya perpecahan di partai besutan Prabowo Subianto tersebut. Menurutnya, hal itu dipicu lantaran adanya miskomunikasi dan ketidakmampuan Ajang dalam mengelola partai.
Seharusnya, sambungnya, ketika terjadi miskomunikasi Ajang ajak bertemu lakukan rapat-rapat internal.
“Tetapi yang terjadi Ajang mengeksekusi sendiri dengan cara mem-bypass yang bertentangan dengan AD/ART, padahal setiap partai miliki aturan dan mekanisme. Jadi jangan kelola partai ceuk kumaha aing (semau gue-red),” tandasnya kepada Prasastijabar.com, Jumat (19/7/2019).
Terpisah, Ajang menyatakan, saat ini kepengurusan DPC Gerindra Karawang yang sah ada di tangannya sebagai ketua dan tidak ada dua kubu. Ajang menyikapi sederhana terkait adanya manuver kader lain hal itu dianggapnya wajar sebagai sebuah dinamika parpol.
“Kita masih solid, tidak ada dua kubu,” tegasnya.
Ajang menampik bila disebut gagal dalam mengelola partai. Pasalnya, hasil Pemilu 2019 menunjukan Gerindra Karawang sebagai pemenang perolehan suara, meski dalam hal perolehan kursi Gerindra kalah oleh Demokrat. Meski kemenangan itu ada buntut efek Prabowo, namun tidak semua partai pengusung Prabowo alami hal sama dengan Gerindra.
“Kemenangan ini juga efek adanya keberhasilan dalam kaderisasi dan kalau tidak ada penggerak, maka mana mungkin tiba-tiba masyarakat memilih Gerindra. Kegagalan itu hanya versi mereka. Biasalah itu dipicu kekecewaan mereka karena saya menolak adanya penggantian bendahara dari mereka,” pungkasnya. (red).