
Civitas Akademika UBP Karawang dan narasumber lokakarya foto bersama. (Foto : Istimewa).
KARAWANG-Menghadirkan Sekretaris Jenderal Badan Kerjasama Teknik Mesin (BKSTM) Se-Indonesia, Ario Sunar Baskoro, dan Praktisi Industri Bidang Otomotif Manufaktur, I Wayan Bagiarta, Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang menggelar Lokakarya Kurikulum Program Studi Teknik Mesin berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) di era Industri 4.0 di ruang rapat lantai 2 kampus UBP Karawang, Sabtu (3/8/2019) kemarin.
Dalam pemaparannya, Ario Sunar Baskoro mengatakan, tantangan bidang pendidikan di era Industri 4.0 akan semakin berat, terjadi proses transformasi, digitalisasi, komputerisasi dan otomasi.
“Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya era Industri 4.0, tidak hanya cukup literasi lama (membaca, menulis, dan matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di Masyarakat,” ucapnya.
Tetapi, sambungnya, diperlukan literasi baru, yaitu literasi data, kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital. Literasi teknologi, memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, dan engineering principles), dan literasi manusia, yang terdiri dari humanities, komunikasi, dan desain.
“Universitas perlu mencari model kurikulum dan motode pembelajaran yang mampu mengembangkan kapasitas kognotif mahasiswa, seperti kegiatan-kegiatan ektra-kulikuler, magang, kerja praktek, project based learning, general education, tematik, training-training soft skills, entrepreneurship, dan lain-lain,” jelasnya.
Berbicara kurikulum inti Prodi Teknik Mesin, Ario memaparkan, kurikulum inti Teknik Mesin terdiri dari 19 mata kuliah dan 7 praktikum, dengan jumlah 79-117 sks.
“Apa saja 19 Mata Kuliah inti itu? Yaitu terdiri dari matematika, fisika, kimia, gambar mesin, bahan/material teknik, proses manufaktur, mekanika dan kekuatan bahan, kinematika/dinamika, elemen mesin, getaran mekanik, termodinamika, mekanika fluida, perpindahan kalor/kontrol, teknik tenaga listrik, kerja praktek, dan skripsi,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh narasumber dari Praktisi Industri, I Wayan Bagiarta. Menurutnya, ciri Industri 4.0 adalah padat modal, padat teknologi, namun tidak padat karya. Dengan demikian industri kedepannya hanya membutuhkan tenaga kerja yang memiliki skill khusus.
“Lulusan Teknik Mesin UBP Karawang memiliki 3 skill, yaitu conceptual skill, humanityl skill dan technical skill. Sehingga perlu dirancang kurikulum yang mampu menjawab permasalahan tersebut,” harapnya.
Ia juga menjelaskan, Link and Match lulusan Teknik Mesin dan industri bahwa lulusan Teknik Mesin dapat berperan dalam segala bidang pekerjaan baik jasa maupun non jasa (manufaktur). Dalam manufaktur lulusan Teknik Mesin dapat bekerja pada bagian product planning, product design, production preparation purchasing, production, inspection, sales, service, dan lainya.
‘’Saya juga berharap UBP Karawang memasukkan mata kuliah entrepreneurship kedalam kurikulum Teknik Mesin, dengan harapan lulusannya kedepan mampu mencetak lapangan-lapangan kerja baru untuk masyarakat dan ini adalah langkah yang sangat mulia,” tutupnya. (red).