KARAWANG– Kawasan wisata Puncak Sempur semakin mashur. Sejumlah warga dari luar daerah kini menjadikan Puncaksempur sebagai tempat untuk berekreasi dan melepaskan penat usai menjalankan rutinitas sehari-hari.
Pembangunan yang dilakukan Pemkab Karawang di salah satu titik pegunungan Sanggabuana itu kini telah membuahkan hasil. Puncaksempur saat ini bisa disejajarkan dengan destinasi wisata pegunungan seperti Lembang atau kawasan Puncak.
Betapa tidak, akses jalan menuju Puncaksempur saat ini telah memadai untuk ditempuh kendaraan roda empat. Demikian pula, aliran listrik telah sampai ke Puncaksempur, sehingga kawasan tersebut tidak lagi gelap gulita di malam hari.M
Namun, kondisi Puncaksempur yang dapat dinikmati wisatawan saat ini, tidaklah dicapai secara “bimsalabim”. Butuh perjuangan panjang yang dilakukan pemimpin tingkat desa setempat agar kawasan Puncaksempur mashur seperti sekarang ini.
Maman Yasa, Kepala Desa Cintalaksana periode 2001-2008, di mana lokasi Puncaksempur berada menyebutkan, dulu kawasan Puncaksempur hanya merupakan padang dan hutan. Untuk menuju kawasan itu, warga harus berjuang keras menempuh jalan terjal dan menyisakan semak belukar.
Bahkan, warga yang akan mengangkut hasil ladangnya, seperti pisang, turubuk, dan singkong harus memanggulnya hingga ke pasar. “Dulu, tak ada transportasi yang bisa menggapai kawasan Puncaksempur. Kondisinya sangat jauh berbeda dengan saat ini,” kata Maman Yasa yang akrab dipanggil Kurang Kimong itu.
Maman mengaku sangat bersyukur, Puncaksempur kini sudah bisa dijangkau oleh kendaraan roda dua maupun empat. Bahkan kawasan Puncaksempur kini semakin ramai oleh berdirinya objek wisata alam dan wisata kuliner.
“Banyak warga Cintalaksana yang terserap bekerja di tempat wisata itu. Petani pun kini semakin mudah mengangkut hasil ladangnya,” kata Maman.
Sementara itu, Ade Witarsa, Kades Cintalaksana periode 2008-2021 menyebutkan, dirinya harus bekerja keras agar Puncaksempur bisa menjadi seperti saat ini. Dia mengajukan proposal global kepada Pemkab Karawang agar bisa membangun berbagai sarana dan prasarana di Puncaksempur.
“Saya cemburu, wisatawan banyak berkunjung ke Curug Cigentis, Puncak Pinus dan Grand Canyon yang ada di Desa Mekarbuana. Saya bepikir bagaimana cara agar wisatawan pun mau berkunjung ke Cintalaksana,” katanya.
Awalnya, lanjut dia, pihak Pemdes Cintalaksana meminta Pemkab Karawang membangun jalan menuju sebuah Dusun tepencil di desanya. Namun, setelah akses mulai terbuka, dia melihat ada pontensi wisata di titik Datar Kopi yang kini malah disebut sebagai Puncaksempur.
“Nah pontensi tersebut diajukan ke Pemkab Karawang yang menjadikan daerah Datar Kopi sebagai lokasi berkemah,” katanya.
Jadi, lanjut dia, yang mengusulkan agar di daerah itu ada lahan parkir, tempat ibadah, listrik, dan sarana penunjang lainnya adalah pihak Pemdes, bukan pengusaha,” tegas Ade.
Seiring dengan bertambahnya pasilitas, mulai bermunculan investor yang berminat mengembangkan kawasan tersebut sebagai objek wisata. Ternyata salah satu investor berhasil mengembangkan daerah Datar Kopi menjadi kawasan wisata dan kini mashur disebut Puncaksempur.
Sang investor, lanjut Ade, ternyata berbaik hati dengan tidak mengubah fungsi lahan parkir yang telah didirikannya. Lahan itu hingga kini tetap dikelola Bumdes setempat dengan mengkaryakan pemuda Desa Cintalaksana.
Bahkan, objek wisata yang baru berdiri beberapa tahun lalu itu, 75℅ karyawannya merupakan tenaga lokal (warga Desa Cintalaksana). “Kami sebagai warga asli Cintalaksana sangat terbantu. Yang saya prihatin, kenapa orang luar desa malah menghembuskan isu tak sedap mengenai pembangunan di Puncaksempur,” katanya. (Red)